TEKNOLOGI
TEPAT GUNA
BUDIDAYA IKAN PATIN( Pangasius pangasius )
1.
SEJARAH SINGKATI
Ikan patin merupakan jenis ikan
konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung
berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang
berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patinmendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk
membudidayakannya. Ikan inicukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan.
Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang
35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan
yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir
dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan
ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna
putihseperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif
kecil, mulut terletak diujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas
golongan catfish). Pada sudutmulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba.
2.
SENTRA PERIKANAN
Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera
Selatan, Jawa Barat, Kalimantan.
3.
JENIS
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak,
diantaranya:
1.Pangasius
polyuranodo (ikan juaro)
2.Pangasius
macronema
3.Pangasius
micronemus
4.Pangasius
nasutus
4. MANFAAT
1.Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2.Sebagai ikan hias.
5. PERSYARATAN
LOKASI
1.Tanah yang
baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air
yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2.Kemiringan
tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3.Apabila
pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai makalokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4.Kualitas air
untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kualitas air harusdiperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka
perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau
Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter)
5. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah
antara 26– 28 derajat C. Pada
daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas)
untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6. Keasaman air
berkisar antara: 6,5–7.
6.
PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
Budidaya ikan
patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2
kegiatanyaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum
populer dilakukanoleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan
penangkapan di alam (sungai,situ, waduk, dan lain-lain) untuk memenuhi
kebutuhan akan ikan patin. Kegiatan pembenihanmerupakan upaya untuk
menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa
benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa
pendederan. Benih ikan patindapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan
umum. Biasanya menjelang musim kemarau pada pagi hari dengan menggunakan
alat tangkap jala atau jaring. Benih dapat juga dibeli dariBalai Pemeliharaan
Air Tawar di Jawa Barat. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dandirawat dengan
hati-hati selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harussegera
diganti dengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari.
Sebelum benihditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya
dipindahkan ke dalam hampangyang sudah disiapkan. Secara garis besar usaha
pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.Pemilihan calon
induk siap pijah.
2.Persiapan
hormon
perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas.
3.Kawin
suntik (induce breeding).
4.Pengurutan (striping).
5.Penetasan telur.
6.Perawatan larva.
7.Pendederan.
8.Pemanenan.
Pada usaha
budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kalidipisahkan
dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke
tempat pembesaran memerlukan penanganan khusus agar benih selamat.
Keberhasilan transportasi benihikan biasanya sangat erat kaitannya dengan
kondisi fisik maupun kimia air, terutamamenyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 ,
pH, dan suhu air.
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Lokasi kolam
dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun dilahan
yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolamsecara
gravitasi.
1. Kolam pemeliharaan
induk
Luas
kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagaicontoh
untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bilahanya
mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet,maka
untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentukangan, untuk menjamin agar dasar
kolam dapatdikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya
bisa jugamemakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk
kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali
juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakanagar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada
telurnya.
2. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik
adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa
kolam yaitu pendederan pertama denganluas 25-500 m 2 dan pendederan lanjutan
500-1000 m 2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/
pembuangan dengan pintu berbentuk monik.Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran
dasar) dan di dekat pintu pengeluarandibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah
tempat berkumpulnya benih saat panendan kubangan untuk memudahkan penangkapan
benih. dasar kolam dibuat miringke arah pembuangan. Petak tambahan air yang
mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan
dan bak penyaringan.
2.Pembibitan
1. Menyiapkan
Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa
berasal dari hasil pemeliharaan dikolam sejak kecil atau hasil tangkapan
dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk yang idealadalah dari kawanan patin
dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapatdipilihkan induk yang benar-benar
berkualitas baik.
2. Perlakuan dan
Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan
sebaiknya dipelihara dulu secara khusus didalam sangkar terapung. Selama
pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khususyang banyak mengandung protein.
Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembangadalah dengan memberikan makanan
berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan- bahan pembuat makanan ayam dengan
komposisi tepung ikan 35%, dedak halus30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%,
serta vitamin dan mineral 0,5%.Makanan diberikan lima hari dalam seminggu
sebanyak 5% setiap hari dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari
2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah duakali seminggu sebanyak 10% bobot ikan
induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
0 komentar:
Posting Komentar