Pages

Rabu, 28 November 2012

Teknologi tepat guna

Teknologi tepat guna


Teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Istilah ini biasanya diterapkan untuk menjelaskan teknologi sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang di negara-negara industri maju. Bentuk dari "teknologi tepat guna" ini biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya" daripada "padat modal". Kendati perangkat hemat pekerja juga digunakan, ia bukan berarti berbiaya tinggi atau mahal ongkos perawatan. Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna seringkali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif di suatu tempat tertentu. Di negara maju, istilah teknologi tepat guna memiliki arti yang berlainan, seringkali merujuk pada teknik atau rekayasa yang berpandangan istimewa terhadap ranting-ranting sosial dan lingkungan.

Latar belakang dan definisi

Istilah teknologi tepat guna mulai muncul menyusul krisis minyak 1973 dan pergerakan lingkungan pada dasawarsa 1970-an. Istilah ini biasanya digunakan di dalam dua wilayah: memanfaatkan teknologi paling efektif untuk menjawab kebutuhan daerah pengembangan, dan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan dan ramah sosial di negara maju


Penerapan teknologi tepat guna dalam pertanian
I. PERLUNYA PENGOLAHAN PRODUK PERTANIAN
Pembangunan pertanian yang hanya menitik beratkan pada peningkatan produktifitas tanpa memperhitungkan peningkatan kesejahteraan petani akan mengakibatkan peningkatan produktifitas sesaat.  Hal ini disebabkan karena pada akhirnya sebagian petani yang merasa kurang beruntung akan beralih ke sektor lain.  Bila hal ini terjadi maka pada akhirnya produktifitas secara keseluruhan   juga akan menurun.

Salah satu solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah dengan mengusahakan agar para petani tidak selalu menjual produk mereka dalam keadaan segar akan tetapi juga berusaha untuk mengolahnya menjadi berbagai produk olahan.  Pada dasarnya keuntungan yang terbesar pada sektor pertanian justru terletak pada jalur tata niaga serta pengolahan dan pemasaran produk olahan.  Dengan melakukan pengolahan terhadap produk segar yang dihasilkan maka secara otomatis tingkat keuntungan yang diperoleh petani akan meningkat dengan sendirinya. Untuk itu diperlukan beberapa strategi khusus untuk mengatasi masalah pemasaran dan teknologi produksi yang tepat untuk kalangan petani.
Dalam berusaha di sektor pertanian khususnya tanaman pangan perlu diperhatikan berbagai sifat khusus sebagai berikut :
1.    Mudah rusak (perishable)
Pada umumnya produk tanaman pangan mudah rusak sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu lama.  Untuk mengatasi hal ini perlu penanganan atau pengolahan untuk memperpanjang daya simpan dan sekaligus juga untuk meningkatkan pendapatan petani. Misalnya tomat yang tidak tahan disimpan lama maka sebaiknya diolah menjadi saus tomat.
2.    Musiman (seasonal)
Produk tanaman pangan kebanyakan tergantung pada musim, sehingga hal ini akan mempengaruhi harga jual.  Pada saat tertentu produk akan melimpah sehingga harga jual akan menurun drastis. Dalam kondisi seperti ini lebih menguntungkan  bila produk yang dihasilkan petani diolah terlebih dahulu dan dijual bila harga sudah membaik, misalnya cabe pada saat harga jualnya rendah sebaiknya diolah menjadi tepung cabe dan cabe giling dan dipasarkan pada waktu harga sudah membaik.
3.    Mempunyai volome yang besar (Bulky)
Umumnya komoditi tanaman pangan  mempunyai volume yang besar per satuan harga sehingga memerlukan biaya yang relatif besar dalam transportasi dan penyimpanan.  Untuk itu perlu penanganan pasca panen sepertri sortasi di lahan dan pengolahan menjadi produk jadi.
II. BEBERAPA KEUNTUNGAN PENGOLAHAN PRODUK TANAMAN PANGAN OLEH PETANI :
1.    Bahan baku dikuasai sendiri
Salah satu kesulitan dalam berproduksi adalah  kontinuitas pasokan bahan baku. Dalam hal ini petani lebih beruntung karena mereka memproduksi bahan bakunya sendiri sehingga kontinuitasnya bisa diusahakan sesuai dengan kebutuhan produksinya.
2.    Mutu bahan baku lebih terjamin
Salah satu faktor  yang mempengaruhi mutu produk adalah mutu atau kesegaran bahan baku.  Dalam hal ini petani sebagai produsen bahan baku akan selalu bisa mendapatkan bahan baku yang kesegarannya sesuai dengan yang diperlukannya.
3.    Harga Jual produk olahan relatif stabil
Harga jual produk olahan lebih stabil bila dibandingkan dengan harga jual produk primer (bahan baku).  Hal ini dapat mengurangi resiko kerugian pada petani.
Dalam melakukan pengolahan hasil pertanian dan memasarkan produk hasil olahannya para petani perlu mengantisipasi beberapa hal berikut ini :
1.    Mutu produk.
Pada saat ini para konsumen sudah sangat paham dengan mutu produk yang dibelinya. Untuk itu sebagai produsen maka pertani perlu mempunyai kesadaran terhadap mutu ini.  Dari sisi bahan baku petani sudah pasti bisa mendapatkan bahan baku yang bermutu karena diproduksi sendiri. Akan tetapi untuk menghasilkan produk yang bermutu perlu juga diperhitungkan teknologi produksi yang tepat sehingga produk yang dihasilkan bisa bermutu tinggi.
2.    Kontinuitas produksi.
Salah satu tuntutan pasar adalah kontinuitas pasokan produk, untuk itu petani perlu memperhatikan ketersediaan produknya di pasaran.  Berbagai hal bisa dilakukan, misalnya disaat harga jual bahan segar murah maka seluruhnya diolah dan secara bertahap dilepas ke pasaran sesuai dengan  daya serap pasar.
3.    Harga
Dalam kondisi perekonomian yang sulit seperti sekarang ini maka harga jual akan sangat mempengaruhi daya beli konsumen. Untuk itu petani sebagai produsen perlu memperhatikan hal ini tanpa mengabaikan faktor mutu misalnya dengan membuat ukuran produk dalam berbagai ukuran sehingga dapat menarik konsumen dari berbagai lapisan sesuai dengan daya belinya.  Juga bisa dilakukan penggunaan kemasan yang sederhana sehingga harga jual tidak tinggi.
Dalam menentukan produk yang akan diolah harus diperhatikan prospek pasar dari produk yang akan dihasilkan dan dikaitkan dengan potensi bahan baku yang tersedia.  Berkut ini diuraikan beberapa  contoh teknologi sederhana untuk pengolahan hasil tanaman pangan.

A. PENGOLAHAN BUAH MANGGA
Buah mangga khususnya yang beraroma khas seperti mangga lokal “kuini” dan “ambacang”   dapat diolah menjadi beberapa produk yang menarik seperti selai dan selai lembaran.  Selain itu untuk mengantisipasi kekurangan  bahan baku maka pada saat panen raya maka mangga tersebut bisa diolah menjadi puree sebagai produk antara yang dapat diolah menjadi selai dan selai lembaran disaat tidak ada panen mangga lagi
1. Proses Pembuatan Puree Buah Mangga :

  1. Persiapan Bahan Dan Alat
  2. Pastikan jumlah maupun jenis bahan dan alat yang akan digunakan sudah tersedia dengan baik
  3. Semua bahan dan alat dibersihkan dan disusun pada tempatnya dengan baik
  4. Pembuatan puree buah mangga
  5. Buah mangga dikupas kulitnya
  6. Ambil daging buah mangga yang bersih dan terhindar dari kotoran, ulat dll
  7. Daging buah mangga lalu hancurkan dengan blender, untuk memudahkan penghancuran boleh ditambahkan air seperlunya.
  8. Bubur buah mangga dimasak sampai mendidih (jangan gunakan api besar)
  9. Setelah masak langsung dimasukkan kedalam wadah yang sudah dibersihkan dan langsung ditutup


2. Proses Pembuatan Selai Buah Mangga :

  1. Persiapan Bahan Dan AlatPastikan jumlah maupun jenis bahan dan alat yang akan digunakan sudah tersedia dengan baik
  2. Semua bahan dan alat dibersihkan dan disusun pada tempatnya dengan baik
  3. Pembuatan selai buah mangga
  4. Buah mangga dikupas kulitnya
  5. Ambil daging buah mangga yang bersih dan terhindar dari kotoran, ulat dll
  6. Timbang 1 Kg daging buah mangga lalu hancurkan dengan blender, untuk 1 Kg daging buah mangga bisa ditambahkan sekitar 100 ml air  agar penghancuran dapat merata
  7. Daging buah yang sudah hancur dimasak dengan penambahan gula pasir sebanyak 400 gram
  8. Pemasakan dilakukan dengan api sedang dan setelah kental maka pemasakan dihentikan
  9. Lakukan pengemasan

3. Proses Pembuatan Selai Lembaran Dari buah Mangga :

  1. Persiapan Bahan Dan Alat
  2. Pastikan jumlah maupun jenis bahan dan alat yang akan digunakan sudah tersedia dengan baik.
  3. Semua bahan dan alat dibersihkan dan disusun pada tempatnya dengan baik

B. Persiapan bubur rumput laut

  1. Bersihkan rumput laut kemudian rendam dengan air bersih selama 2 hari
  2. Air rendaman ditukar 2 kali sehari
  3. Setelah 2 hari timbang 200 gram rumput laut kemudian hancurkan dengan blender (untuk mempermudah penghancuran bisa ditambahkan  air sekitar 100 ml atau sesuai kebutuhan)
  4. Pembuatan bubur buah mangga
  5. Buah mangga dikupas kulitnya
  6. Ambil daging buah mangga yang bersih dan terhindar dari kotoran, ulat dll
  7. Timbang 1 Kg daging buah mangga lalu hancurkan dengan blender, untuk 1 Kg daging buah mangga bisa ditambahkan sekitar 100 ml air  agar penghancuran dapat merata

D.   Pemasakan/pencetakan
  1. Campurkan bubur buah mangga dengan bubur rumput laut kemudian ditambahkan 500 gram gula pasir
  2. Lakukan pemasakan dengan api sedang sambil diaduk secara merata
  3. Setelah agak mengeras api dikecilkan dan pemasakan diteruskan sambil diaduk.
  4. Pemasakan dihentikan bila adonan sudah sangat kental dan agak susah diaduk
  5. Setelah masak maka adonan dimasukkan ke dalam cetakan (bisa berupa loyang  dengan ketebalan sekitar 2 mm atau sesuai keinginan.
  6. Lakukan pendinginan dan setelah dingin lakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki ( biasanya dengan ukuran 8  x  8  cm  agar sesuai dengan ukuran roti tawar )
  7. Lakukan pengemasan

Catatan :
Penggunaan rumput laut bisa berkisar antara 10 s/d 40 % dari berat bubur buah mangga tergantung dari kekerasan lembaran selai yang diinginkan.
B. PENGOLAHAN UBI KAYU
Ubi kayu merupakan salah satu produk pertanian yang harga jualnya relatif murah.   Untuk itu perlu dilakukan pengolahan untuk meningkatkan  nilai tambahnya.   Berbaga produk olahan bisa dibuat dari ubi kayu seperti kerupuk, tapai.  Khususnya ubi ”lambau” yang empuk sangat mudah diolah,  antara lain menjadi cheesestick ubi kayu
1. Pembuatan Cheese Stick Ubi Kayu
  1. Ubikayu dikupas dan dibersihkan.
  2. Kukus ubi kayu, setelah matang sempurna lalu dinginkan
  3. Setelah dingin, ubi kayu dihancurkan secara merata dan dibuang serat di bagian tengah ubi tersebut.
  4. Buat adonan dengan perbandingan sebagai berikut :
     Timbang 600 gram ubi kukus yang telah hancur tersebut dan campurkan dengan 200 gram terigu, 100 gram tapioka, 10 gram (1 sendok  makan) garam dan 5 gram (1 sendok teh) soda kue kemudian diaduk sampai merata.
  1. Kocok 1 bh telur (kuningnya saja) lalu tambahkan  kedalam adonan lalu diaduk.
  2. Tambahkan 100 gram keju (diparut) dan aduk sampai rata dan tidak kalis (tidak lengket di tangan)
  3. Cetak adonan sesuai selera lalu digoreng dengan menggunakan api kecil.
2. Pembuatan keripik Sanjai
Keripik sanjai dibuat dari ubi kayu yang matang sempurna dan digoreng dengan minyak yang banyak.  Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghasilkan sanjai yang baik adalah sebagai berikut :
a.    Pilih jenis ubi dan umur panen yang tepat.
Jenis ubi yang digunakan adalah jenis yang teksturnya keras, bukan yang empuk seperti untuk goreng ubi.  Ubi yang baik untuk dijadikan sanjai adalah yang berumur 11 sampai 12 bulan (tergantung kondisi lahan)
b.    Langsung diolah
Ubi setelah dipanen harus segera diolah tidak lebih dari 1 hari.  Ubi yang telah lebih 1 hari setelah dipanen bila diolah akan menghasilkan sanjai yang kurang baik
c.    Pengupasan
Pengupasan sebaiknya dilakukan dengan pisau tajam dan disayat seperti mengupas mangga agar kulit mudah terkelupas dan lapisan lendir dapat langsung terbuang.
d.    Pencucian dan pengikisan.
Ubi yang telah dikupas dicuci sampai bersih dan dilakukan pengikisan untuk membuangkan lapisan lendir yang masih tersisa pada permukaan umbi.  Bila bagian lapisan lendir  tidak dikikis maka setelah penggorengan akan terlihat warna bagian pinggir keripik menjadi lebih gelap sehingga penampilannya tidak menarik.
e.    Gunakan minyak yang panas panas dan menggenang waktu penggorengan
Penggorengan harus dilakukan dengan menggunakan minyak yang panas sempurna dan menggenang serta menggunakan wajan yang besar.  Bila menggunakan  wajan yang kecil  maka sanjai menjadi kurang rapuh, hal ini disebabkan karena waktu ubi dimasukkan maka suhu minyak turun drastis sehingga penggorengan menjadi kurang sempurna.
3. Pembuatan Keripik Balado
Keripik balado adalah sanjai yang diberi bumbu cabe.  Yang membedakan mutu keripik balado adalah perbedaan formula cabe yang digunakan. Adapun bahan yang digunakan untuk bumbu cabe keripik ini adalah sebagai berikut :
  • Cabe
  • Gula
  • Babeko
  • Susu
  • Minyak goreng/margarine.

Cara pembuatan bumbu cabe untuk keripik balado

  1. Pilih cabe yang baik dan giling  sampai halus (dapat juga digunakan cabe giling yang ada di pasaran)
  2. Goreng cabe dengan minyak goreng (bisa juga dicampur sedikit dengan margarine)
  3. Gunakan api kecil dan aduk secara merata sekitar 15 menit
  4. Masukkan gula pasir dengan perbandingan yang sama dengan jumlah cabe yang digunakan
  5. Aduk merata kemudian masukkan susu bubuk (cukup seperlima bagian dari gula yang digunakan)
  6. Masukkan Babeko (glukosa sirup) agar warna cabe jadi mengkilat
Catatan :
  • Semua bahan yang digunakan dapat disesuaikan menurut selera konsumen setempat
  • Hindari penggunaan bahan pewarna karena konsumen lebih menyukai warna alami
  • Pencampuran cabe ke sanjai dapat dilakukan dengan cara mengaduk langsung dalam wajan, bila sanjai berukuran besar (panjang) biasanya digunakan kuas kecil

4. Pembuatan Karak Kaliang

Makanan ini dibuat dari ubi kayu yang diparut dengan campuran bumbu seperti bawang putih, garam, merica dll. Pembuatannya dilakukan sebagai berikut :
Bahan yang digunakan
  • Ubi kayu
  • Garam
  • Merica
  • Bawang putih
  1. B.   Cara Kerja
  • Ubi kayu dikupas
  • Cuci sampai bersih
  • Lakukan pemarutan dengan parutan halus
  • Ubi hasil parutan ditambah air secukupnya kemudian diperas sehingga diperoleh air pati
  • Air pati didiamkan sekitar  20 menit kemudian dibuang airnya sehingga diperoleh tapioka basah
  • Ampas hasil pemarutan dikeringkan sekitar 1 hari (Jangan terlalu kering)
  • Tapioka ditambah air kemudian dimasak sehingga menjadi seperti lem yang encer
  • Campurkan lem encer dengan ampas ubi dan masukkan bumbu yang diinginkan  sepert bawang putih, garam, merica dan lain-lain
  • Lakukan pencetakan dengan bentuk yang diinginkan (sebaiknya menggunakan alat cetakan)
  • Lakukan pengorengan
Catatan :
Bumbu dapat disesuaikan menurut selera
.

5. Pembuatan Kerupuk Ubi Kayu

Kerupuk ubi kayu sudah sangat banyak diusahakan oleh industri skala rumah tangga.   Bentuk kerupuk ubi sangat beragam baik bentuk, ukuran maupun rasanya.   Pembuatan kerupuk ubi kayu relatif mudah dan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana.  Teknologi pembuatan kerupuk ubi kayu sangat beragam, namun secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.    Sortasi bahan baku.
Ubikayu yang digunakan untuk diolah menjadi kerupuk ubi adalah umbi ubi kayu yang sudah matang sempurna dan berukuran besar.  Sebaiknya ubi kayu yang baru  dipanen diolah sesegera mungkin. Ubi kayu yang empuk tidak baik digunakan untuk kerupuk ubi. Yang baik adalah ubi yang  keras dan agak liat bila direbus.
 b.    Pengupasan dan Pencucian
Ubi kayu hasil sortasi dikupas kulitnya kemudian dicuci sampai bersih.  Pengupasan biasanya dilakukan secara manual dengan menggunaklan pisau biasa.  Pengupasan biasanya dilakukan dengan menyayat permukaan ubi kayu dari arah atas kebawah kemudian kulit dikelupaskan dengan menggunakan tangan.  Pada saat pengupasan juga dilakukan pembuangan lapisan lendir di permukaan ubi yang telah dikupas dengan jalan mengikisnya dengan menggunakan pisau.
 c.    Perebusan
Ubi yang telah bersih direbus dengan menggunakan wadah yang besar sesuai dengan banyaknya ubi yang akan diolah.  Perebusan dilakukan sampai ubi menjadi lunak secara merata.
d.    Pembuatan adonan
Setelah ubi direbus dilakukan pendinginan, sebaiknya pendinginan dilakukan agak lama.  Beberapa produsen ada yang melakukan pendinginan selama 1 malam.. Setelah dingin ubi dihancurkan,   penghancuran dapat dilakukan secara manual dan dapat juga dengan bantuan alat, misalnya roller.  Pada penghancuran dilakukan pembungan serat atau empulur yang terletak di bagian tengah ubi.  Pada waktu penghancuran ini dicampurkan bahan tambahan atau penyedap.
Berbagai bahan dapat ditambahkan pada adonan sesuai selera konsumen, beberapa bahan tambahan yang sering digunakan antara lain adalah garam, salderi, daun bawang, bawang putih, bawang merah,  udang dll.   Ada kalanya produsen  kerupuk ubi menggunakan bahan pemutih yaitu Natrium metabisulfit    ( Na H SO).   Seandainya bahan ini digunakan maka tidak boleh melebihi ambang batas yaitu 0,1 persen (1 gram dalam 1Kg bahan adonan)
e.    Penggilingan
Tujuan penggilingan adalah untuk meratakan campuran adonan dan sekaligus untuk mempermudah pencetakan kerupuk ubi.  Penggilingan dilakukan dengan menggunakan roller.  Jarak kedua roller disesuaikan dengan ketebalan kerupuk yang diinginkan.  Adakalanya adonan yang digiling dilapisi dengan plastik agar tidak lengket pada roller.  Putaran roller biasanya menggunakan motor listrik.
f.     Pencetakan
Adonan yang telah digiling akan keluar dari roler dalam bentuk lembaran.  Lembaran tersebut dicetak dengan cetakan yang dibuat berdasarkan ukuran yang dinginkan.  Lembaran sisa pencetakan digiling lagi agar tidak terbuang.
g.    Pengeringan/Penjemuran
Hasil cetakan diletakkan di atas media penjemuran yang biasanya terbuat dari anyaman bambu.  Setelah tersusun rapi pada wadah penjemuran maka dilakukan pejemuran dengan sinar matahari.
h.    Pengemasan
Kerupuk ubi yang telah kering dimasukkan ke dalam plastik kemasan dalam jumlah tertentu.  Bila kerupuk ubi berukuran besar maka biasanya tidak dikemas dalam plastik tapi dijual dalam keadaan tanpa kemasan, tapi untuk transportasi biasanya dimasukkan ke dalam keranjang bambu.
C. PRODUK OLAHAN PISANG
Tanaman pisang merupakan salah satu komoditi yang banyak ditanam oleh masyarakat di pedesaan.  Selain dijual dalam keadaan segar pisang juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan.  Selain untuk meningkatkan nilai jual, pengolahan pisang juga akan dapat meningkatkan pendapatan keluarga tani.  Pada dasarnya semua jenis buah pisang bisa diolah menjadi produk olahan, buah yang belum masak sempurna dapat diolah menjadi keripik sedangkan yang sudah masak sempurna bisa diolah menjadi dodol pisang, pisang sale, tepung pisang dll.
1. Pembuatan Dodol Pisang
  • Kupas pisang yang sudah masak sehingga diperoleh 500 Gram pisang tanpa kulit, kemudian dihancur secara merata dan ditambahkan 250 Gram tepung beras dan 60 Kg tepung ketan dan diaduk secara merata (Pisang : Tepung beras : Tepung ketan = 8 : 4 : 1 )
  • Kelapa diperas pati santannya (tidak menggunakan air tambahan), kemudian dimasak (direbus) dengan 400 Gram gula aren dan 100 Gram gula pasir, setelah gula larut semunya api dimatikan dan disaring.
  • Larutan gula dan santan yang sudah disaring dicampukan dengan pisang yang telah dihancurkan dengan tepung kemudian masukkan cengkeh, kulit manis dan daun pandan.
  • Adonan yang ada dimasak sekitar 2 – 3 Jam (sampai adonan menjadi menggumpal dan agak berminyak), sebelum pemasakan dihentikan masukkan 5 Gram tepung agar yang dilarutkan dengan sedikit air dan aduk secara merata kedalam adonan.
  • Setelah selesai dimasak masukkan kedalam cetakan, sebaiknya cetakan dialas dengan plastik dan bagian atasnya diratakan dengan menggunakan plastik.
  • Setelah dingin lakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan kemudian dibungkus.

2. Pembuatan Keripik Pisang
Cara I
  • Pilih pisang yang masih agak muda dan masih  keras
  • Siapkan wajan dan minyak goreng dengan menggunakan api yang tidak terlalu besar
  • Lakukan pengupasan pisang dan langsung dirajang  diatas wajan yang sudah berisi minyak panas.
  • Sebelum pisang diangkat dari wajan masukkan sedikit mentega ke dalam wajan untuk memperbaiki warna dan menambah cita rasa keripik pisang
Catatan :
Usahakan agar pisang bisa langsung digoreng, bila terpaksa menunggu usahakan merendamnya dengan air yang berisi kapur tapi tidak dalam waktu yang  terlalu lama.

Cara II.
  • Buah pisang yang sudah terpilih untuk dijadikan keripik dikupas kulit buahnya.
  • Rendam dalam larutan Na-bisulfir (NaHSO3) 0,3 %  – 0,5%  selama 10 menit.
  • Daging buah diiris dengan parutan langsung ke dalam  minyak panas.
  • Irisang pisang digoreng dalam minyak panas dalam jumlah yang banyak , dan kedalam minyak ditambahkan margarine untuk menghasilkan keripik yang renyah dan warna kekuningan.
  • Irisan pisang digoreng setengah matang  kemudian diangkat dan ditiriskan.
  • Jika menginginkan rasa lain maka bisa ditaburi dengan bubuk seperti bubuk cokelat yang sudah diberi gula dll.
  • Setelah digoreng dilakukan penirisan minyak dan setelah dingin dikemas dalam plastik dan disealer.
3. Pembuatan Pisang Sale
  • Pisang dikupas, kemudian permukaan daging buah dikerok. Jika pisang berukuran besar, pisang dapat dibelah 4 atau 2 memanjang.
  • Pisang yang rasanya kurang manis di taburi gula pasir sehingga seluruh permukaannya tertutup lapisan tipis gula.
  • Pisang tersebut diletakkan di atas tampah, kemudian dijemur. Pada hari kedua, pisang yang masih basah, dapat ditekan dengan papan agar sedikit pipih. Jika penekanan terlalu kuat, pisang akan retak atau pecah. Penekanan ini diulangi setiap hari sampai bahan agak kering. Bahan yang agak kering menjadi agak alot, lentur, dan tidak mudah patah. Produk yang diperoleh dari proses ini disebut sebagai pisang sale segar.
  • Jika menginginkan pengeringan yang lebih cepat, langit berawan atau hari hujan pisang dapat dikeringkan dengan menggunakan alat pengering. Pengeringan akan berlangsung anatara 18 sampai 24 jam tergantung pada suhu pengeringan. Dianjurkan suhu pengeringan tidak kurang dari 50°C dan tidak lebih dari 70°C. Jika suhu terlalu rendah, waktu pengeringan akan terlalu lama. Jika terlalu panas, tekstur pisang sale akan kurang baik. Selama pengeringan, sekali 3 jam, pisang dapat juga ditekan agar semakin pipih. Pengeringan dilakukan sampai kadar air di bawah 18%. Produk yang diperoleh dari proses ini disebut sebagai pisang sale segar.
  • Pisang sale segar dapat digoreng. Terlebih dahulu pisang sale dicelupkan ke dalam adonan tepung. Adonan ini terdiri dari campuran tepung beras (1 bagian), air (3 bagian), garam, vanile (secukupnya) dan tepung kayu manis (secukupnya). Setelah itu, pisang sale digoreng dengan minyak panas (170°C) sampai garing. Produk yang diperoleh disebut pisang sale goreng.
  • Pisang sale segar atau pisang sale goreng dikemas didalam kantong plastik.
D. PENGOLAHAN TALAS
1. Keripik Talas
  • Talas yang sudah tua dicuci sampai bersih sam bil digosok, kemudian                 dikupas dan dicuci untuk menghilangkan lendir pada permukaan                  (sambil digosok).
  • Setelah pencucian ditiriskan di atas senggan (tampah)
  • Talas langsung diiris ke dalam minyak panas dan digoreng sampai bewarna kekuningan, kemudian ditiriskan
  • Untuk menghasilkan keripik talas rasa tawar, taburi dengan garam yang telah dicampur dengan bawang putih goreng.  Sedangkan untuk rasa pedas taburi dengan cabe bubuk ( yang telah dicampur dengan bawang putih dan bawang merah) secukupnya.
  • Setelah dingin lakukan pengemasan dan ditutup kemasannya.
2. Cheesestick talas
Caranya sama dengan cheesestick ubi kayu, hanya ubi kayunya diganti dengan talas
E. PRODUK OLAHAN  JAGUNG
1.    Pembuatan Juice Jagung
  • Pilih jagung yang baru dipanen dan biasa digunakan untuk jagung rebus.  Ambil yang agak tua kemudian dibuang kulitnya dan direbus (usahakan perebusan dalam keadaan terendam sempurna oleh air rebusan).
  • Setelah selesai perebusan didinginkan kemudian dipipil.
  • Hasil pipilan dihancurkan (bisa menggunakan blender).   Pada penghancuran ini tambahkan air  putih yang telah dimasak,  satu buah jagung ukuran besar bisa ditambahkan sebanyak satu liter air atau menurut selera masing-masing
  • Jagung yang telah hancur merata disaring kemudian air hasil saringan ditambahlkan gula pasir menurut selera masing-masing
  • Juice jagung siap disajikan (boleh ditambahkan dengan es batu)
2.   Pembuatan Sirup jagung
  • Pilih jagung yang baru dipanen dan biasa digunakan untuk jagung rebus.  Ambil yang agak tua kemudian dibuang kulitnya dan direbus (usahakan perebusan dalam keadaan terendam sempurna oleh air rebusan).
  • Setelah selesai perebusan didinginkan kemudian dipipil.
  • Hasil pipilan dihancurkan (bisa menggunakan blender).   Pada penghancuran ini tambahkan air  (3 buah jagung ukuran besar bisa ditambahkan sebanyak satu liter air).
  • Jagung yang telah hancur disaring sehingga diperoleh air jagung.
  • Air hasil saringan dimasak sampai mendidih dengan penambahan gula pasir sebanyak 400 gram untuk satu liter larutan.
  • Setelah mendidih api dimatikan dan sirup jagung langsung dimasukkan kedalam botol yang telah bersih.
  • Lakukan penutupan tutup botol
  • Untuk sterilisasi, sebaiknya botol yang sudah berisi sirup jagung dipanaskan (direbus)  sekitar lima menit.
  1. 3.    Pembuatan susu jagung.
  • Pilih jagung yang baru dipanen dan biasa digunakan untuk jagung rebus.  Ambil yang agak tua kemudian dibuang kulitnya dan direbus (usahakan perebusan dalam keadaan terendam sempurna oleh air rebusan).
  • Setelah selesai perebusan didinginkan kemudian dipipil.
  • Hasil pipilan dihancurkan (bisa menggunakan blender). Pada penghancuran ini tambahkan air  (2 buah jagung ukuran besar bisa ditambahkan sebanyak satu liter air).
  • Jagung yang telah hancur disaring sehingga diperoleh air jagung.
  • Air hasil saringan dimasak sampai mendidih dengan penambahan gula pasir sesuai selera masing-masing.
  • Susu jagung siap disajikan.
4.    Pembuatan dodol jagung
  • Siapkan bahan berupa tepung jagung 1,5 Kg,  tepung ketan 1 ons,  gula pasir 1 ons,  gula aren 1ons,  santan dari 1 buah kelapa   dan vanile secukupnya.
  • Seluruh bahan dimasak pada kuali
  • Pemasakan pada awalnya bisa menggunakan api besar tapi setelah mulai mengental harus menggunakan api kecil saja.    Selama pemasakan selalu dilakukan pengadukan.
  • Pemasakan dianggap selesai bila bahan telah mengeras yang biasanya ditandai dengan warna yang mulai mengkilat
5.    Pembuatan Tortila
  • Jagung pipilan sebanyak 1 kg direbus dalam 10 liter air kapur tohor 2- 4% selama 2 – 2,5 jam, kedalamnya juga ditambahkan garam sebanyak 50 gram dan 1 sendok makan minyak goreng.
  • Selanjutnya hasil rebusan jagung direndam dalam air perebusan selama 1 malam.  Selama perendaman   dilakukan pengadukan beberapa kali.
  • Setelah perendaman cuci jagung dengan air bersih berulang kali untuk menghilangkan sisa-sisa kapur, kemudian tiriskan.
  • Jagung digiling sampai terbentuk adonan.  Kemudian tambahkan garam, 1 buah kuning telur dan bumbu bumbu lain (bawang putih) secukupnya, boleh juga ditambah dengan irisan seledri, dan cabe giling.
  • Adonan dipipihkan dengan ketebalan 1 – 3 cm (boleh menggunakan ampia atau digiling dengan kayu bulat di atas meja yang dialas dengan plastik).
  • Adonan yang berbentuk lembaran diiris dengan ukuran 3 x 4 cm.
  • Lakukan pengeringan  dioven  atau bisa juga dijemur dengan sinar matahari  dan kemudian digoreng.
  • Penggorengan dilakukan dengan minyak panas sampai bewarna kuning kecoklatan.   Setelah digoreng lakukan penirisan minyak.
  • Tortila jagung dikemas dalam kantong plastik kemudian dikemas dengan plastic sealer.
6.    Pembuatan emping jagung
  • Cuci 1 kg jagung pipilan kering dan rebus dalam air kapur selama 3 jam         ( 5  liter air tambahkan 25 gram kapur)
  • Setelah perebusan jagung dicuci untuk menghilangkan kapurnya lalu direndam dengan air biasa selama  1 malam
  • Rebus selama 1 jam kemudian dalam keadaan panas dipipihkan/dipukul dengan alat pemukul  (seperti pembuatan emping melinjo)
  • Dikeringkan (dijemur) dan sebelum kering sempurna direndam dengan larutan bumbu selama 15 menit.   (Larutan bumbu: 1 liter air dicampurkan  dengan 5 siung bawang putih yang sudah dihaluskan dan 25 gram garam)
  • Lanjutkan pengeringan (penjemuran) sampai kering sempurna
  • Setelah kering sempurna lakukan penggorengan.
7.    Pembuatan cake jagung
  • Jagung muda dipipil sehingga diperoleh 250 gram jagung pipilan.
  • Hancurkan dengan blender kemudian dicampur merata dengan 100 gram gula pasir, 100 gram terigu,  150 gram mentega, 3 butir telur ayam  yang telah dikocok  serta  ¼ kaleng susu kental manis
  • Olesi cetakan dengan  mentega kemudian masukkan adonan ke dalam cetakan tersebut.
  • Masukkan kedalam oven dan dimasak sampai bewarna kuning agak kecoklatan
8.    Pembuatan jagung kukus
  • Jagung muda dipipil sehingga diperoleh 250 gram jagung pipilan.
  • Campurkan dengan 3 bh wortel dan 3 batang selederi yang sudah diiris.
  • Ambil 4 sendok makan tepung terigu dan dicampurkan dengan 4 butir telur ayam, lalu tambah sedikit air kemudian diaduk sampai adonan tersebut menjadi licin
  • Campurkan adonan jagung dengan adonan tepung terigu lalu tambahkan bubuk merica dan garam halus sesuai selera kemudian diaduk sampai merata.
  • Olesi wadah cetakan dengan mentega kemudian tuangkan adonan yang sudah ada dan kukus selama 20 menit.
  • Jagung kukus siap dihidangkan (biasanya dihidangkan dengan saus tomat dan sambal)
9.    Pembuatan Puding Jagung
  • Bersihkan jagung muda yang sudah dipipil sebanyak 1 Kg kemudian dihancurkan (bisa dengan blender) dengan penambahan sedikit air.
  • Peras hasil penggilingan dan disaring lalu buang ampasnya
  • Campurkan hasil saringan dengan santan dari 1 buah kelapa
  • Tambahkan 200 gram gula pasir, 4 sendok makan susu kental manis dan 2 lembar daun pandan.
  • Masak sampai bahan menjadi kental.
  • Setelah mengental lakukan pencetakan dengan cetakan yang sudah diolesi dengan mentega  kemudian biarkan sampai dingin.
  • Setelah dingin keluarkan dari cetakan dan siap disajikan

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About