Pages

Rabu, 28 November 2012

Teknologi tepat guna

Teknologi tepat guna


Teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Istilah ini biasanya diterapkan untuk menjelaskan teknologi sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang di negara-negara industri maju. Bentuk dari "teknologi tepat guna" ini biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya" daripada "padat modal". Kendati perangkat hemat pekerja juga digunakan, ia bukan berarti berbiaya tinggi atau mahal ongkos perawatan. Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna seringkali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif di suatu tempat tertentu. Di negara maju, istilah teknologi tepat guna memiliki arti yang berlainan, seringkali merujuk pada teknik atau rekayasa yang berpandangan istimewa terhadap ranting-ranting sosial dan lingkungan.

Latar belakang dan definisi

Istilah teknologi tepat guna mulai muncul menyusul krisis minyak 1973 dan pergerakan lingkungan pada dasawarsa 1970-an. Istilah ini biasanya digunakan di dalam dua wilayah: memanfaatkan teknologi paling efektif untuk menjawab kebutuhan daerah pengembangan, dan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan dan ramah sosial di negara maju


Penerapan teknologi tepat guna dalam pertanian
I. PERLUNYA PENGOLAHAN PRODUK PERTANIAN
Pembangunan pertanian yang hanya menitik beratkan pada peningkatan produktifitas tanpa memperhitungkan peningkatan kesejahteraan petani akan mengakibatkan peningkatan produktifitas sesaat.  Hal ini disebabkan karena pada akhirnya sebagian petani yang merasa kurang beruntung akan beralih ke sektor lain.  Bila hal ini terjadi maka pada akhirnya produktifitas secara keseluruhan   juga akan menurun.

Perangkap Hama Thrips Aphid dan Lalat Buah


Perangkap Hama Thrips Aphid dan Lalat Buah

Perangkap Hama Thrips Aphid dan Lalat Buah
Perangkap Warna Kuning atau Biru Serangga
Kehadiran hama tertentu dapat dideteksi dengan 2 cara, yaitu
(1) munculnya gejala serangan pada sebagian ataupun keseluruhan bagian tanaman dan
(2) menggunakan perangkap yang berwarna kuning yang telah diolesi dengan lapisan minyak goreng.
Pengendalian hama berupa kehadiran fisik hama secara seksama merupakan suatu langkah yang tepat sebelum memutuskan mengendalikan hama dengan bahan kimia. Suatu metode yang sederhana untuk mendeteksi kehadiran hama tertentu pada tanaman adalah dengan menggunakan perangkap yang berwarna kuning atau biru yang telah diolesi dengan minyak goreng.
Hama yang tertarik dengan warna kuning adalah sebagai berikut:
1. Aphid yang bersayap
2. Leafminer (lalat pengorok daun)
3. Thrips
4. Whiteflies (kutu kebul)
5. Fungus Gnats
6. Shoreflies
Hama yang tertarik dengan warna biru adalah sebagai berikut:
Thrips yang menyerang bunga
Perangkap tersebut dapat dibuat sendiri ataupun dapat menggunakan produk yang sudah jadi dan tinggal mengoleskan pada suatu wadah kaleng, botol plastik, ataupun kertas karton putih dan bukan kayu. Produk yang dimaksud adalah LeGa (Lem Serangga) yang diproduksi oleh GreenWorld
Perangkap Untuk Lalat Buah
Alat Perangkap lalat buah bisa dibuat dari botol bekas air mineral berukuran satu liter atau 600 ml. Setiap sisinya dilubangi sebagai pintu masuk bagi lalat buah. Pada dasar botol diberi air agar lalat yang terperangkap akan mati. Selanjutnya pada mulut botol dimasukkan kawat. Pada ujung kawat yang berada dalam botol diberi kapas. Terlebih dahulu kapas tersebut ditetesi metil eugenol dan sebaiknya tidak tersentuh air yang berada didasar botol.
Lalat Buah
Lalat Buah
Selanjutnya ujung kawat yang berada di luar botol digunakan untuk menggantungkan alat perangkap didahan pohon. Jarak pemasangan perangkap antara satu pohon dengan pohon berikutnya 20 meter. Perangkap digantung pada pohon pada ketinggian 2-3 meter dari permukaan tanah. Setiap minggu air diganti agar bau metil eugenol tidak terpengaruh dengan bau air. Setiap seminggu atau dua minggu sekali metil eugenol diganti.
Senyawa pemikat yaitu metil eugenol yang berasal dari petrogenol mudah didapatkan di pasaran. Petrogenol dalam kemasan kecil (5 cc) di pasaran dijual seharga RP. 5.500. Senyawa pemikat (sex pheromone) bekerja sebagai penghubung antara individu jantan dan individu betina sehingga keduanya dapat menjalankan perilaku kawin dan kopulasi.
Prinsip kerja perangkap lalat buah adalah memikat lalat buah agar masuk ke dalam perangkap. Minyak atraktan dari metil eugenol (banyak di jual di toko pertanian) diteteskan ke kapas kemudian ditempatkan di dalam botol. Lalat buah akan masuk, lengket atau tenggelam di dalam botol dan akhirnya mati.
Alat perangkapnya sederhana saja.
Buat dari botol aqua, kemudian potong ujungnya dan dipasang terbalik mirip corong agar lalat buah mudah masuk dan sulit untuk keluar lagi.
Atraktan metil eugenol banyak di jual di toko pertanian seperti merk Ocimol, melanol dll.
Atau bisa dibuat sendiri dari bahan pohon-pohon penghasil metil eugenol seperti melaleuca spp (kayu putih, teh pohon, daun wangi), daun selasih atau bunga cengkeh.
Metil eugenol ini mengeluarkan aroma wangi yang dibutuhkan lalat buah jantan, sehingga lalat buah jantan dari jarak 20 – 10 m akan teratrik masuk perangkap. Kalau lalat buah jantannya terperangkap, artinya populasi lalat buah bisa diminimallisir.



 

Blogger news

Blogroll

About